Pengertian Penyakit Lupus, Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Pengertian Penyakit Lupus, Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Pengertian Penyakit Lupus, Gejala, Penyebab dan Pengobatan. Lupus atau dikenal juga dengan sebutan autoimune merupakan penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh manusia dan merupakan salah satu penyakit mematikan. Penyakit lupus terjadi apabila terjadi anomali pada sistem dan kerja sel pertahanan tubuh manusia. Sel pertahanan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari masuknya kuman atau gangguan eksternal lainnya justru menyerang tubuh pemiliknya.

Jenis penyakit lupus Eritematosus Sistemik (SLE) atau yang juga disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan jenis yang mematikan. Lupus jenis ini lebih dikenal dan sering digunakan untuk menyederhanakan penyebutan dan pemahaman tentang penyakit ini di kalangan umum. Lupus lebih banyak diderita oleh wanita daripada pria dengan perbandingan 9:1.

Tipe-tipe Lupus

Penyakit lupus terbagi dalam beberapa tipe, antara lain:

  1. Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE).
  2. Lupus eritematosus diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE).
  3. Lupus akibat penggunaan obat (drug inducted lupus)
  4. Neonatal (lupus yang terjadi pada bayi)

Gejala

Pengidap lupus akan mengalami serangan dari sel antibodi dari dalam tubuh sendiri. Pada bentuk yang sistemik (SLE), serangan lupus juga dapat memengaruhi organ dalam manusia yang vital, seperti ginjal dan hati. Lupus ini dinilai paling berbahaya dibandingkan dengan jenis lainnya. Lupus neonatal pada bayi biasanya akan hilang pada selang waktu tertentu. Sementara lupus yang timbul akibat penggunaan obat akan hilang saat reaksi obat hilang dari tubuh.

Gejala lupus eritematosus sistemik (Systemic Lupus Erythematosus/SLE) sangat beragam. Banyak penderita SLE yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama lalu tiba-tiba mengalami serangan yang parah.

Gejala Utama SLE

Terdapat tiga gejala utama umum, antara lain:

  1. Rasa lelah yang ekstrem
  2. Ruam pada kulit
  3. Nyeri pada persendian

Berikut adalah gejala-gejala lain yang kemungkinan dialami penderita SLE:

  1. Sariawan yang terus muncul.
  2. Demam tinggi (38ÂșC atau lebih).
  3. Tekanan darah tinggi.
  4. Pembengkakan kelenjar getah bening.
  5. Sakit kepala.
  6. Rambut rontok.
  7. Mata kering.
  8. Sakit dada.
  9. Hilang ingatan.
  10. Napas pendek akibat inflamasi paru-paru, dampak ke jantung, atau anemia.
  11. Tubuh menyimpan cairan berlebihan sehingga terjadi gejala seperti pembengkakan pada pergelangan kaki
  12. Jari-jari tangan dan kaki yang memutih atau membiru jika terpapar hawa dingin atau karena stres (fenomena Raynaud).

Penyebab

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi penyebab munculnya penyakit lupus, yaitu internal tubuh manusia dan lingkungan. Namun secara umum, faktor penyebab pasti timbulnya penyakit lupus belum diketahui.

1. Faktor internal

Penyebab internal disebabkan oleh faktor genetika yang menyebabkan adanya kecenderungan anomali pada sistem antibodi yang menyerang bagian-bagian jaringan tubuh. Sehingga penyakit ini disebut juga penyakit turunan. Fakta menunjukkan bahwa penyakit lupus akan lebih beresiko diidap oleh orang dari beberapa ras, seperti Ras Amerika Afrika, Latin, Ras Asia Pasifik.

2. Faktor eksternal

Dari faktor eksternal penyakit lupus terkait erat dengan gaya hidup dan kondisi manusia. Beberapa penyebab eksternal lupus, antara lain:

  1. Stress berlebihan.
  2. Penggunaan obat antibiotik seperti amoxilin, ampicilin.
  3. Sinar ultraviolet matahari, sinar ultraviolet dari lampu,
  4. dan obat-obatan berbahan dasar sulfa seperti Bactrim dan septra, silsoxazole, tolbutamide.

Pengobatan

Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE) tidak bisa disembuhkan. Tujuan pengobatan yang ada hanyalah untuk mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ dalam, serta meminimalkan dampaknya pada kehidupan penderita SLE.

1. Menghindari Paparan Sinar Matahari

Melindungi kulit dari sinar matahari sangatlah penting bagi penderita SLE. Ruam pada kulit yang dialami penderita SLE dapat bertambah parah jika terpapar sinar matahari.

2. Obat anti inflamasi nonsteroid

Nyeri sendi atau otot merupakan salah satu gejala utama SLE. Dokter mungkin akan memberi obat anti inflamasi nonsteroid untuk mengurangi gejala ini.

3. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengurangi inflamasi dengan cepat dan efektif. Obat ini biasanya diberikan oleh dokter jika penderita SLE mengalami gejala atau serangan yang parah.

4. Hydroxychloroquine

Selain pernah digunakan untuk menangani malaria, obat ini juga efektif untuk mengobati beberapa gejala utama SLE

5. Obat imunosupresan

Cara kerja obat ini adalah dengan menekan kinerja sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa jenis imunosupresan yang biasanya diberikan dengan resep dokter, yaitu azathioprine,mycophenolate mofetil, dan cyclophosphamide

6. Rituximab

Jika obat-obat lain tidak mempan bagi penderita SLE, dokter akan menganjurkan rituximab. Obat ini termasuk jenis baru dan awalnya dikembangkan untuk menangani kanker darah tertentu, misalnya limfoma. Tetapi rituximab terbukti efektif untuk menangani penyakit autoimun, seperti SLE dan artritis reumatoid.

Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Lupus_eritematosus_sistemik diakses tanggal 28 agustus 2015
http://www.alodokter.com/lupus/ diakses tanggal 28 agustus 2015

Pengertian Penyakit Miom, Jenis dan Gejalanya

Pengertian Penyakit Miom, Jenis dan Gejalanya
Mioma
Penyakit miom atau biasa disebut juga Mioma Uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada dinding rahim. Tumor jinak tersebut berasal dari jaringan otot polos rahim, dan letaknya bisa berada di subserosa (bagian luar rahim), submukosa (di bagian dalam rahim), ataupun di dalam otot rahim (intramural). Mioma juga disebut miom, myom, tumor otot rahim atau tumor fibroid, karena berasal dari sel jaringan fibro. Diperkirakan sekitar 20-30% penyakit ini terjadi pada wanita berusia di atas 35 tahun.

Asal mulanya penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause)

Sering kali tumor jinak rahim ke arah rongga ini membesar dan bertumbuh keluar dari mulut rahim. Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, teraba seperti kenyal, bentuknya bulat dan berbenjol-benjol sesuai ukuran tumor. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.



Jenis Miom

Penyakit miom dibedakan menjadi tiga jenis dari lokasi timbulnya:

  1. Pertumbuhan tetap di dalam dinding rahim
  2. Pertumbuhan ke arah rongga rahim
  3. Pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim

Gejala dan tanda

Hampir sebagian besar penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang berarti sehingga tidak memerlukan terapi apapun, namun sebagian kecil sisanya menimbulkan gejala yang memerlukan penanganan medis. Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin. Gejala yang timbul biasanya bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun gejala umumnya adalah:

  • Terjadi perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid. jumlah darah yang keluar menjadi lebih banyak dan durasi haid memanjang
  • Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor yang terjadi pada bagian panggul, serta adanya infeksi di dalam rahim.
  • Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum atau organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai tumor.
  • Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur.
  • Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.
  • Kenaikan berat badan atau pembesaran perut yang abnormal.
  • Nyeri di bagian belakang tungkai.
  • Tekanan pada kandung kemih atau usus besar (dapat menyebabkan frekuensi berkemih meningkat).
  • Nyeri saat berhubungan seksual.

Sering kali penderita merasa nyeri akibat miom mengalami degenerasi atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Pasangan suami istri sering kali sulit untuk punya anak (infertilitas) disebabkan gangguan pada tuba, gangguan implantasi pada endometrium, penyumbatan, dan sebagainya.

Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil, Mioma Uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.

Penanganan

Bila tumor berukuran kecil dan tidak membesar, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali, pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan GnRH analog, mioma memiliki lapisan kapsul yang tegas, dapat dipisahkan/dikupas dari massa tumornya. Jika terjadi komplikasi dan timbul perdarahan, perlu diberikan transfusi darah dan obat penghilang rasa nyeri. Tindakan operasi dilakukan jika tumor membesar dan bila timbul gejala penekanan dan nyeri dan perdarahan yang terus menerus.

Operasi pembedahan:

1. histerektomi (pengangkatan kandungan) jika tidak ada rencana hamil lagi.

2. miomektomi (mengangkat miomnya saja) pada usia reproduksi/masih rencana hamil. Namun jika massa tumor terlalu besar atau luas, kadang tidak memungkinkan hanya dilakukan pengangkatan massa tumor, sehingga tetap dilakukan histerektomi.

Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Mioma_Uteri diakses tanggal 23 agustus 2015
http://www.konsultasisyariah.com/penyakit-miom-apakah-berbahaya/ diakses tanggal 23 agustus 2015

Jenis-jenis Penyakit Sistem Reproduksi

Jenis-jenis Penyakit Sistem Reproduksi

Jenis penyakit sistem reproduksi. Setiap makhluk hidup bereproduksi untuk berkembang. Begitu juga yang terjadi pada manusia. Mereka berkembang dengan cara bereproduksi. Namun kadang terdapat gangguan kesehatan pada sistem reproduksi tersebut sehingga menggangu perkembang biakan. Dan bahkan penyakit yang menyerang sistem reproduksi bermacam-macam.

Sebelum kita mengetahui apa saja penyakit pada sistem reproduksi manusia, sebaiknya kita mengetahui sedikit pengertian sistem reproduksi. Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina (Wikipedia).

Nah langsung saja, dibawah ini adalah penyakit yang menyerang sistem reproduksi manusia:

Penyakit reproduksi pada wanita

  1. Kanker Vagina
  2. Gangguan Menstruasi
  3. Kanker Serviks
  4. Kanker Ovarium
  5. Endometriosis
  6. Keputihan
  7. Infeksi Vagina
  8. Kandida
  9. Penyempitan Saluran Telur/Oviduk
  10. Fibroadenoma
  11. Vulvovaginatis


Penyakit reproduksi pada pria

  1. Sifilis
  2. Epididimitis
  3. Hipogonadisme
  4. Gonore
  5. Kanker Prostat
  6. Pseudohermaphrodite
  7. Ejakulasi Dini
  8. Impotensi
  9. Mikropenis

Penyakit reproduksi pria dan wanita

  1. AIDS
  2. Herpes Genetalis
  3. Hernia Inguinal
  4. Condyloma

Sumber referensi:
http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/03/25-penyakit-pada-sistem-reproduksi.html diakses tanggal 21 agustus 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_reproduksi diakses tanggal 21 agustus 2015

Pengertian penyakit talasemia, Gejala, Pencegahan dan Pengobatan

Pengertian penyakit talasemia, Gejala, Pencegahan dan Pengobatan. Penyakit Talasemia merupakan salah satu jenis dari anemia hemolitik. Penyakit ini juga merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal. Talasemia ini paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia.

Talasemia ditandai dengan kelainan pada sel darah merah yang mudah rusak. Kerusakan terjadi 3-4 kali lebih cepat dibandingkan dengan sel darah merah yang normal. Sel darah merah yang normal dapat bertahan hingga 120 sedangkan pada penderita thalassemia hanya bertahana sekitar 23 hari.

Penyakit talasemia terjadi karena kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut.

Penyebab

Penyebab thalassemia sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik dari orang pembawa gen (carrier) Thalasemia. Menurut data, enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Sehingga jika sepasang dari mereka menikah, kemungkinan mempunyai turunan anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% anak mereka menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan sisanya 25% kemungkinan bebas talasemia. Penderita terbanyak talasemia adalah anak usia 0 hingga 18 tahun.



Pengertian penyakit talasemia, Gejala, Pencegahan dan Pengobatan
photo (anggaputra.com)


Gejala penyakit talasemia

Gejala penyakit talasemia bervariasi tergantung dari jenis talasemia itu sendiri. Namun gejala umum yang ditimbulkan adalah mirip dengan gejala anemia. Berikut gejala-gejala umumnya :

1. Wajah terlihat pucat
2. Susah tidur atau Insomnia
3. Tubuh mudah lemas
4. Nafsu makan berkurang
5. Tubuh mudah mengalami infeksi
6. Kerja jantung lebih keras untuk memenuhi pembentukan hemogoblin
7. Mengalami kerapuhan dan penipisan tulang

Jenis talasemia

Berdasarkan klasifikasi kelainan gen dan keruasakan sel darah merah pada talasemia, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta.

Talasemia alfa

Pada talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts. Talasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis.

  1. Delesi pada empat rantai alfa atau hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts. Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hepar dan limpa, dan janin yang sangat anemis. 
  2. Delesi pada tiga rantai alfa atau HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopis dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.
  3. Delesi pada dua rantai alfa dijumpai adanya anemia hipokromik mikrositer yang ringan. Terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH.
  4. Delesi pada satu rantai alfa atau biasa disebut juga silent carrier karena tiga lokus globin yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal.

Talasemia beta

Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier.

A. Thalasemia Mayor

Thalasemia jenis ini disebabkan oleh faktor genetika yang berasal dari kedua orang tua. Pada thalasemia mayor kedua orang tua merupakan pembawa sifat (carrier). Thalasemia mayor dibedakan lagi menjadi dua, yaitu :

1. Thalasemia alpha mayor disebabkan oleh gangguan genetik pada asam amino / protein globin alpha

2. Thalasemia beta mayor disebabkan gangguan protein beta pada tubuh. Jenis thalasemia ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih serius dibandingkan jenis minor

B. Thalasemia Minor (karier)

Banyak yang menganggap bahwa thalasemia minor sebagai penyakit anemia biasa karena dampak yang ditimbulkan tidak seberat thalasemia mayor dan mirip sekali dengan gejala anemia. Biasanya thalasemia minor terjadi pada orang yang menjadi carrier (pembawa sifat).

C. Thalasemia Intermedia

Thalasemia Intermedia merupakan level pertengahan antara thalasemia mayor dan minor. Thalasemia intermedia juga mengakibatkan dampak anemia yang cukup berat dibandingkan dengan thalasemia minor namun pada penderita thalassemia Intermedia ketergantungan transfusi darah tidak begitu besar dibandingkan dengan thalasemia mayor.

Mutasi talasemia dan resistensi terhadap malaria

Walaupun merupakan sebuah penyakit, penelitian menunjukkan bahwa pembawa sifat talasemia diuntungkan dengan memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap malaria.

Pencegahan dan pengobatan

Untuk mencegah terjadinya talasemia pada anak, pasangan yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya. Penderita talasemia memerlukan perawatan rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya ± 12 gr/dL dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh.

Penderita sebaiknya menghindari makanan yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Dua cara yang dapat ditempuh untuk mengobati tasalemia adalah transplantasi sumsum tulang belakang dan teknologi sel punca (stem cell).

Sumber referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia diakses tanggal 18 agustus 2015
http://thalasemia.org/penyakit-keturunan-thalasemia/ diakses tanggal 18 agustus 2015
http://www.anggaputra.com/apa-itu-penyakit-thalasemia/ diakses tanggal 18 agustus 2015